Minggu, 21 Desember 2025

Karakter Guru Masa Depan(Sempena Hari Guru Nasional 2025)

 
Oleh Mukhtarudin
Guru SMAN 2 Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Riau.




Karakter adalah sifat atau ciri khas yang membedakan seseorang atau sesuatu dari yang lain, karakter dapat meliputi aspek-aspek seperti moral, etika, perilaku, dan kepribadian. Karakter juga dapat diartikan sebagai identitas atau jati diri seseorang yang terbentuk melalui  pengalaman, pendidikan, dan lingkungan. 


Dalam konteks pendidikan, karakter merujuk pada nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang diinginkan untuk dikembangkan pada murid, seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan lain-lain. 


Karakter juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dan bertanggung jawab, serta memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif.

Di tengah gempuran perubahan global dan revolusi digital, sosok guru tidak bisa lagi hanya menjadi penyalur informasi. 


Karakter guru masa depan haruslah bertransformasi, menjadi arsitek peradaban yang adaptif, inovatif, dan humanis, siap membimibing generasi emas Indonesia menghadapi tantangan abad ke- 21 ini.


Ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh guru masa depan, yakni
Pertama, Kemampuan Adaptasi dan Fleksibilitas, era digital membawa perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan, Kurikulum, metode pembelajaran, dan kebutuhan peserta didik terus berinovasi, oleh karena itu, guru masa depan haruslah individu yang cepat beradaptasi dengan perubahan, tidak boleh terpaku pada satu metode pengajaran saja, melainkan harus mampu mengembangkan dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan karakteristik siswa.


Kedua, memiliki Kompetensi Digital yang Unggul, teknologi digital telah meresap ke dalam setiap sendi kehidupan, dan pendidik tidak terkecuali. Guru tidak hanya dituntut untuk mahir menggunakan perangkat digital, tetapi juga harus mampu mengintegrasikan teknologi secara efektif ke dalam proses belajar mengajar. 


Ini mencakup kemampuan memanfaatkan platform pembelajaran daring, aplikasi edukasi interaktif, hingga mengajar online. 


Mitra (2014) berpendapat bahwa pendidikan di masa depan akan bersifat self organizing, dan ini menuntut adanya guru-guru digital yang mampu beradaptasi.


Peningkatan literasi digital bagi guru menjadi krusial, tidak hanya untuk mentransfer pengetahuan digital, tetapi juga untuk membentuk keterampilan berpikir komputasional dan literasi media pada peserta didik.

 Ketiga, Karakter Fasilitator dan Kolaborator, di  masa depan, peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing murid dalam menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri. 


Guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendorong eksplorasi, penemuan, dan pemikiran kritis. 


Selain itu, guru juga harus menjadi kolaborator yang baik, tidak hanya dengan sesama rekan guru, tetapi juga dengan orang tua, komunitas, dan bahkan teknologi.


Kolaborasi ini penting untuk menciptakan  ekosistem pendidikan yang holistik dan mendukung perkembangan murid secara optimal.

 Keempat, pendekatan pada Pembentukan dan Nilai. Di tengah banjir informasi dan pergeseran nilai di era globalisasi, peran guru dalam membentuk karakter dan nilai moral murid menjadi semakin krusial. Guru masa depan tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur seperti integritas, empati, kerja sama, dan tanggung jawab.


Pendidikan yang berorientasi pada karakter bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk nilai-nilai moral, kepemimpinan, dan keterampilan, guru harus menjadi teladan dalam menghadapi krisis identitas di era globalisasi yang semakin tanpa batas. 


Sejalan dengan visi Pendidikan Indonesia yang ingin melahirkan generasi penerus yang tangguh dan berkarakter, seperti tema Hari Guru Nasional 2025 “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. 

 Kelima, Inovatif dan Kreatif, guru masa depan dituntut untuk berpikir out-of-the-box dalam menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan relevan. 


Ini berarti mampu mengembangkan mertode pembelajaran baru, menggunakan alat bantu yang tidak konvensional, dan merancang proyek-proyek yang menantang kreativitas murid.

 Keenam, Pembelajar sepanjang Hayat. Dunia tidak akan pernah berhenti berubah, begitu pula tuntutan terhadap profesi guru masa depan harus memiliki semangat belajar yang tinggi dan tidak pernah puas dengan pengetahuan yang ada. 


Mereka harus aktif mengikuti perkembangan  ilmu pengetahuan, teknologi, dan pedagogi terbaru. 


Partisipasi dalam pelatihan, seminar, workhshop, dan komunitas belajar adalah hal yang wajib. Sikap ini tidak  hanya akan meningkatkan profesionalisme guru itu sendiri, tetapi juga akan menularkan semangat belajar kepada murid.

   Ketujuh, Pemahaman Terhadap Kecerdasan Buatan (AI). Seiring dengan kemajuan AI, guru masa depan perlu memahami bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk personalisasi pembelajaran, analisa data siswa, dan bahkan otomatisasi tugas-tugas administratif. 


Mereka juga harus mampu membimbing murid untuk memahami potensi dan etika penggunaan Artificial Intelligence (AI). 

  Laporan dari Artificial Intelligence and the Future of Teaching and Learning (dari ed.gov), menunjukkan perlunya guru untuk beradaptasi dengan teknologi baru seperti AI. 


Hal ini membutuhkan pengembangan literasi AI bagi guru agar dapat menjadi elemen kunci dalam proses pendidikan dan pengajaran di era intelijen.

  Ke delapan, Sebagai pembentuk karakter dan Teladan, meskipun teknologi semakin maju, guru dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan kebangsaan tidak akan tergantikan. 


Guru harus mampu membimbing muridnya dalam mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, mengelola emosi, serta memahami dan menghargai keberagaman. Dengan berpegang pada integritas dan etika professional, guru menjadi panutan yang mengajarkan murid untuk berpikir kritis, bertanggung jawab, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan lokal dan global, pembentukan karakter ini mencakup kemampuan untuk menjadi mandiri, mengambil inisiatif, dan belajar dari kesalahan."****





EDITOR         :     REDAKSI 

Load comments